JAKARTA, SEMARAKNEWS.CO.ID - Enam belas tahun bukanlah waktu yang sebentar.
Sejak tahun 2007, Assassin’s Creed telah membuktikan diri bahwa ia memang layak menjadi ujung tombak dan identitas dari perusahaan raksasa bernama Ubisoft.
Para penggemar setianya pasti memahami bahwa franchise ini sudah mengalami fase naik turun.
BACA JUGA:Ranty Maria Dilamar Rayn Wijaya Tepat Seperti Impiannya Selama Ini
Seiring berjalannya waktu, serial ini telah mengalami berbagai evolusi, mulai dari yang positif hingga negatif.
Respons publik pun beranekaaragam, mulai dari kritikan pedas hingga pujian setinggi langit.
Namun, hal tersebut tidak membuat Ubisoft gentar karena pada akhirnya, Assassin’s Creed tetaplah seri yang dicintai oleh banyak orang.
Setelah tiga game terakhir yang berskala masif dan mengedepankan unsur RPG di dalamnya, kini Ubisoft mengambil langkah yang cukup ekstrim.
Lewat seri terbarunya yang berjudul Mirage, Assassin’s Creed membuang semua elemen RPG yang telah diimpelementasikan pada Origins, Odyssey dan Valhalla.
Hal ini mereka lakukan demi memberikan penghormatan terhadap seri lawasnya yang dahulu sangat dipuja.
Assassin’s Creed Mirage secara kronologis mengambil latar waktu di antara dua seri game sebelumnya, yaitu Origins (49 SM) dan Valhalla (872 SM), di mana pada masa ini, The Hidden One masih menjadi cikal bakal terbentuknya organisasi rahasia Assassin Brotherhood.
Cerita dalam game ini akan berfokus pada seorang pria bernama Basim Ibn Ishaq, seorang pencuri jalanan yang hidup pada masa kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad pada Abad ke-9, tepatnya pada tahun 861 Masehi.
BACA JUGA:Dibantai PSV Eindhoven 8-0, Netizen: Kami Selalu Bersama SC Heerenveen!
Jika kalian pernah memainkan Assassin’s Creed Valhalla, tentu tidak asing mendengar nama Basim bukan? Ya, protagonis utama di sini adalah Basim yang sama yang muncul di game tersebut.