JAKARTA, SEMARAKNEWS.CO.ID - Dihujani hujan dan takut akan bom Israel, warga sipil Palestina keluar dari kamp tenda atau rumah keluarga yang basah kuyup di Rafah pada Senin untuk mencari perlindungan di tempat lain di Jalur Gaza menjelang kedatangan tentara Israel.
Ada yang memuat anak-anak dan harta benda ke dalam kereta keledai, ada yang dimasukkan ke dalam mobil, ada pula yang hanya berjalan kaki. Atap setidaknya satu mobil dipenuhi kasur. Yang lain membawa kursi roda di bagasi.
Pertanyaan yang ada di benak masyarakat adalah kemana mereka bisa pergi.
BACA JUGA:Penuhi 11 Hall, Tahun 2024 Jadi Penyelenggaraan, Pameran GIIAS Terbesar
Banyak dari mereka telah pindah setidaknya satu kali selama tujuh bulan serangan Israel di Gaza.
Sebagian besar wilayah pesisir telah berubah menjadi lahan kosong yang dipenuhi bangunan-bangunan yang dibom.
“Penjajah Israel menyuruh orang-orang untuk pergi ke Rafah dan itu adalah daerah yang aman.
Hari ini, mereka menyuruh kami keluar dari Rafah.
BACA JUGA:Biar Mengerti, Begini Mekanisme Sistem E-tilang yang Berlaku
Kemana orang-orang akan pergi?,” kata seorang pria, Abu Ahmed.
Ia berbicara di sebuah kamp pengungsi dimana hujan semalaman telah mengubah jalan menjadi genangan air dan lumpur, sehingga menambah penderitaan mereka.
Israel memerintahkan warga Palestina untuk mengevakuasi sebagian wilayah Rafah pada Senin pagi, tampaknya bersiap menghadapi serangan yang telah lama diperkirakan terhadap militan Hamas yang bertahan di kota Gaza selatan.
Lebih dari satu juta orang yang terpaksa mengungsi akibat perang telah berlindung di sana.
BACA JUGA:Update Harga Emas Antam dan UBS Hari Ini, Senin 6 Mei 2024: Kompak Turun Lagi!
Militer Israel mengatakan kepada mereka bahwa mereka harus pindah ke tempat yang mereka sebut sebagai "zona kemanusiaan yang diperluas" yang berjarak 20 km (12 mil).