JAKARTA, SEMARAKNEWS.CO.ID - Di era digital, internet menjelma menjadi ensiklopedia raksasa, termasuk dalam ranah kesehatan.
Munculnya tren self-diagnosis atau mendiagnosis penyakit sendiri berdasarkan informasi internet, bagaikan pisau bermata dua.
Di satu sisi, akses informasi kesehatan menjadi lebih mudah, di sisi lain, bahaya mengintai bagi mereka yang terjebak dalam kesalahpahaman dan misdiagnosis.
BACA JUGA:Sering Menunda Pekerjaan? Berikut 5 Tips Jitu Atasi Prokrastinasi!
Godaan Membaca Gejala di Layar
Siapapun dapat menjelajahi lautan informasi kesehatan online. Gejala demam, batuk, dan sesak napas, dengan mudahnya dihubungkan dengan berbagai penyakit, mulai dari flu biasa hingga pneumonia.
Rasa penasaran dan kekhawatiran akan kesehatan, mendorong banyak orang untuk melakukan self-diagnosis.
Namun, perlu diingat bahwa gejala yang sama bisa muncul pada berbagai penyakit berbeda. Contohnya, sakit kepala bisa menjadi pertanda kelelahan, stres, migrain, atau bahkan tumor otak.
Tanpa pemeriksaan fisik dan tes medis yang dilakukan oleh dokter yang kompeten, self-diagnosis bisa berujung pada kesalahan diagnosis yang fatal.
BACA JUGA:Tak Perlu Beli, Begini Cara Membuat Handbody dengan Bahan Jeruk Nipis
Berdasarkan diagnosis yang salah, seseorang bisa memilih pengobatan yang tidak tepat. Hal ini bisa membahayakan kesehatan, bahkan berakibat fatal.
Contohnya, minum obat tanpa resep dokter bisa menimbulkan efek samping yang serius, seperti alergi, keracunan, bahkan kerusakan organ.
Mencari informasi tentang penyakit di internet, tanpa diimbangi pengetahuan medis yang memadai, bisa memicu kecemasan berlebihan.
Hal ini bisa memperparah gejala yang dirasakan dan mengganggu kualitas hidup. Seseorang yang terjebak dalam kecemasan ini, bisa jadi mengalami insomnia, panik, dan depresi.
BACA JUGA:7 Olahraga Terbaik untuk Penderita Sakit Jantung, Lakukan Perlahan