Mayoritas dari mereka adalah Generasi Z yang seharusnya berada dalam masa produktif.
Generasi Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, dan saat ini berusia 12-27 tahun.
Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang berstatus NEET di Indonesia mencapai 22,25% dari total penduduk usia tersebut secara nasional.
BACA JUGA:Peran Penting Kampas Ganda Sebuah Mobil, Mencegah Terjadinya Kecelakaan di Jalan?
Pemerintah Indonesia tampaknya juga menyadari situasi ini.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyatakan bahwa banyaknya penduduk yang menganggur dapat mempengaruhi penerimaan pajak negara, karena penduduk yang tidak bekerja akan mengalami tekanan pada daya beli mereka.
Hampir bersamaan dengan mencuatnya fakta ini, mahasiswa di sejumlah perguruan tinggi negeri merasa kesal dengan keputusan pemerintah menaikkan uang kuliah tunggal (UKT).
Kenaikan ini memicu banyak aksi demonstrasi dari mahasiswa.
Menanggapi protes tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Abdul Haris menyatakan bahwa meskipun biaya kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN) tinggi, masih lebih terjangkau dibandingkan dengan perguruan tinggi swasta (PTS).
Maliki menekankan bahwa selain biaya pendidikan, motivasi diri juga sangat penting untuk mengatasi pengangguran di kalangan muda.
Dia menyatakan bahwa anak-anak muda harus mengetahui tujuan hidup mereka ketika memutuskan untuk melanjutkan pendidikan atau bekerja, sebagai contoh, jika seseorang memilih pendidikan vokasi, mereka harus sudah memahami bahwa tujuannya adalah langsung bekerja.
Maliki berpendapat bahwa biaya pendidikan yang murah tidak akan berguna jika para peserta didik masih bingung dengan apa yang mereka inginkan, ia khawatir mereka hanya mengikuti tren untuk masuk ke perguruan tinggi tanpa tujuan yang jelas.