Teknik seperti tDCS juga telah diperkenalkan dalam penelitian klinis untuk mengatasi depresi ringan.
Regulasi emosi dipandang sebagai tujuan utama dalam mengatasi rasa sakit akibat patah hati.
Meskipun terapi perilaku kognitif telah terbukti efektif, pendekatan inovatif seperti stimulasi otak dapat memberikan manfaat tambahan bagi individu yang tidak merespons dengan baik terhadap terapi konvensional.
Mengingat pentingnya regulasi emosi dalam mengatasi trauma cinta, penelitian lanjutan yang menggali hubungan antara aktivasi area otak tertentu dan metode pengobatan yang terfokus pada area otak tersebut menjadi sangat penting.
BACA JUGA:6 Rekomendasi Lagu Galau Indonesia untuk Menamani Malam Minggu Sendu Buat Para Jomblo
Inovasi dalam bidang neurostimulasi dapat menjadi langkah maju dalam penanganan sindrom trauma cinta.
Dengan demikian, meskipun mematahkan hati adalah proses yang sulit, ada harapan untuk penyembuhan dan pemulihan dari rasa sakit tersebut.
Dengan terus mengembangkan teknologi dan terapi yang inovatif, kita dapat memberikan bantuan yang lebih efektif bagi individu yang mengalami sindrom trauma cinta.