Penelitian Terbaru Ungkap Stimulasi Listrik Pada Otak Manusia Bisa Meredakan Patah Hati, Anti Galau
Penelitian Terbaru Ungkap Stimulasi Listrik Pada Otak Manusia Bisa Meredakan Patah Hati, Anti Galau-DC Studio-Freepik
JAKARTA, SEMARAKNEWS.CO.ID - Patah hati adalah hal yang sulit dilakukan karena rasa sakit emosional akibat perpisahan romantis bisa begitu parah sehingga memiliki nama klinisnya sendiri – sindrom trauma cinta, atau LTS.
Namun ada bantuan yang mungkin tersedia bagi mereka yang ingin menyembuhkan luka hati mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa menggunakan headset seharga £400 selama beberapa menit sehari dapat membantu mengurangi kesengsaraan, negativitas, dan depresi yang sering terjadi setelah kegagalan hubungan romantis.
Dalam sebuah penelitian, 36 sukarelawan dengan sindrom trauma cinta menggunakan perangkat yang merangsang otak dengan arus listrik ringan.
BACA JUGA:Istri Parto Tak Kuat Menahan Sedih Melihat Suaminya Jatuh Sakit: Patah Hati Aku
Para relawan dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing menggunakan headset stimulasi arus searah transkranial (tDCS) selama 20 menit, dua kali sehari selama lima hari.
Dua kelompok diarahkan ke dorsolateral prefrontal cortex (DLPFC) dan ventrolateral prefrontal cortex (VLPFC), sementara kelompok ketiga mematikan headset.
Kedua wilayah otak yang menjadi sasaran memiliki peran dalam regulasi emosi sukarela. Penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan neuropsikologis antara pengalaman patah hati dan kehilangan dengan daerah prefrontal tertentu yang terlibat dalam regulasi emosi.
Sindrom trauma cinta dapat menyebabkan tekanan emosional, depresi, kecemasan, insomnia, perubahan suasana hati, pikiran obsesif, dan risiko yang lebih tinggi terhadap bunuh diri.
BACA JUGA:Lagi Galau dan Sedih? Amalkan 5 Doa Ini Biar Hati Adem
Penelitian terbaru menyimpulkan bahwa stimulasi DLPFC lebih efektif dalam mengurangi gejala LTS daripada VLPFC.
Studi ini membuktikan bahwa protokol stimulasi DLPFC dan VLPFC secara signifikan mengurangi gejala LTS, serta memperbaiki kondisi depresi dan kecemasan setelah intervensi, dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Efek positif dari protokol DLPFC ternyata lebih besar dalam mengatasi sindrom trauma cinta.
Meskipun masih diperlukan penelitian lanjutan untuk mengkonfirmasi hasil ini, penulis penelitian menegaskan bahwa relawan masih merasakan perubahan positif sebulan setelah pengobatan dihentikan.
Temukan konten semaraknews.co.id menarik lainnya di Google News
- Tag
- Share
-