Reaksi dari warganet terhadap pengakuan ini sangatlah beragam, dengan banyak yang mengekspresikan simpati dan dukungan mereka terhadap Tzuyang.
Unggahan tersebut memicu gelombang solidaritas di media sosial, di mana pengguna internet berbondong-bondong untuk memberikan dukungan moral kepada YouTuber yang telah menghadapi tantangan yang begitu besar.
Respons publik ini juga mencerminkan perubahan dalam cara masyarakat memandang dan merespons isu-isu kekerasan dan pelecehan dalam konteks digital yang semakin kompleks dan sensitif.
BACA JUGA:BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem di 14 Wilayah Indonesia, Awas Hujan Lebat Datang!
Tzuyang bukan hanya dikenal sebagai seorang konten kreator yang aktif di YouTube, tetapi juga sebagai salah satu YouTuber mukbang yang populer.
Video-video mukbang yang ia buat selalu berhasil mencuri perhatian warganet, termasuk ketika ia mengambil tantangan untuk melakukan mukbang di berbagai lokasi, termasuk di Indonesia.
Pada Kamis dini hari, Tzuyang membuat sebuah siaran langsung yang mengejutkan banyak netizen.
Siaran langsung ini tidak hanya menonjol karena waktu yang tidak biasa, tetapi juga karena isi dari pernyataannya yang sangat pribadi dan mengharukan.
BACA JUGA:Upacara 17 Agustus Diadakan di Jakarta dan IKN? Dokter Tifa: Maksa Banget!
Dalam video tersebut, Tzuyang dengan terbuka mengungkapkan bahwa ia telah menjadi korban kekerasan dan pemerasan oleh mantan kekasihnya selama bertahun-tahun.
Pengakuan ini mencakup pengalaman traumatis yang selama ini ia pendam sendiri, mengungkapkan betapa beratnya beban yang telah ia pikul dalam diam.
Respons dari warganet terhadap pengungkapan ini sangatlah mendalam dan empatik.
Banyak dari mereka mengekspresikan rasa terkejut dan dukungan mereka terhadap Tzuyang, mengirimkan pesan-pesan positif dan doa untuk kesembuhannya.
BACA JUGA:Viral! Seorang Wanita Mengaku Polwan Sebut Uang Jadi Alasan Polisi Proses Laporan Masyarakat
Unggahan ini tidak hanya memicu diskusi yang luas tentang isu-isu kekerasan dalam hubungan, tetapi juga mengangkat pentingnya mendukung korban-korban yang berani berbicara tentang pengalaman pribadi mereka.
Dalam konteks yang lebih luas, peristiwa ini juga menyoroti bagaimana media sosial bisa menjadi platform untuk menyampaikan cerita-cerita yang sulit.