Dwikorita menegaskan, gempa bumi dan tsunami adalah dua fenomena alam yang sulit diprediksi secara akurat. Karena itu, ujarnya, BMKG melakukan upaya-upaya maksimal untuk meningkatkan tingkat akurasi prediksi gempa bumi hingga mencapai 90%.
Salah satunya dengan menggelar sekolah Lapang Gempa bumi dan Tsunami (SLG) di beberapa lokasi. Tahun 2023 ini, salah satu lokasi SLG adalah di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Untuk itu, dia meminta Pemerintah Daerah di sepanjang selatan Jawa terus meningkatkan kesiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya gempa bumi dan tsunami.
BACA JUGA:Banyak Monyet Turun Gunung ke Permukiman Warga Bandung Kota, Hard Gumay: Pertanda Bencana Besar!
Mulai dari penyediaan, penambahan, hingga perbaikan jalur-jalur evakuasi. Hal itu, ujarnya, merupakan salah satu langkah tepat untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk.
Dwikorita mengatakan, perlu menekankan urgensi persiapan terhadap gempa bumi dan tsunami.
Termasuk meningkatkan literasi kebencanaan masyarakat harus dilakukan secara berkelanjutan untuk meminimalkan risiko gempa bumi dan tsunami yang mengintai banyak wilayah pesisir Indonesia.
Efek terburuk dari gempa megathrust dapat mencakup beberapa hal:
1. Kerusakan Struktural
Gempa megathrust dapat menyebabkan kerusakan struktural yang parah pada bangunan dan infrastruktur.
Gedung-gedung tinggi, jembatan, jalan raya, dan fasilitas penting lainnya dapat runtuh atau rusak secara signifikan.
2. Tsunami
Salah satu efek paling mematikan dari gempa megathrust adalah kemampuannya untuk menciptakan tsunami yang besar.
Ketika lempeng tektonik bergeser secara tiba-tiba di bawah laut, mereka dapat mendorong air laut ke atas, menciptakan gelombang besar yang dapat menyapu pesisir dan menyebabkan kerusakan dan korban jiwa yang besar.