JAKARTA, SEMARAKNEWS.CO.ID - Organisasi Muslim Nahdlatul Ulama yang kini berusia 101 tahun menghadapi tantangan situasi dinamika sosial dan politik yang menarik perhatian banyak pihak.
Pengurus PBNU sebagai induk organisasi Islam terbesar di dunia tersebut dinilai sedang menghadapi pilihan sulit. Berpihak kepada kepentingan penguasa atau kepada umat.
Pengasuh Pondok Pesantren Ma’hadul Ilmi Asy Syar’ie Sarang Rembang, KH Achmad Rosikh yang biasa disebut Gus Rosikh menanggapi situasi yang terjadi di PBNU sebagai sesuatu yang sudah bergeser dari khittah.
BACA JUGA:Lolly Anak Nikita Mirzani Beri Klarifikasi Soal Isu Kehamilannya dengan Vadel
“PBNU adalah kekuatan utama kultur, budaya dan tradisi umat Islam di Indonesia. Pada perkembangannya di tahun politik 2024 ini sudah menjelma menjadi kekuatan politik. Ini menjadi keprihatinan kita semua dengan banyak pertimbangan," ungkap Gus Rosikh kepada media Sabtu, 7 September 2024.
"Kemanusiaan dan kemaslahatan umat seharusnya lebih penting dipikirkan oleh pengurus PBNU daripada tambang, kekuasaan dan PKB” lanjutnya.
Perseteruan PBNU sebagai kekuatan umat Nahdliyin dengan PKB sebagai kekuatan partai politik yang mencuat belakangna ini tak lepas dari situasi politik pasca Pemilu 2024.
Kontroversi jatah ijin tambang untuk ormas keagamaan, recana muktamar PKB tandingan, dan perseteruan Menteri Agama sekaligus kader PKB, Yaqut Cholil Qoumas dengan ketua umum PKB Muhaimin Iskandar menjadi fenomena gunung es. Gus Rosikh menanggapi persoalan tersebut sebagai akumulasi dari kepentingan kekuasaan yang sedang berada di masa transisi.
Gus Rosikh: Kemasyarakatan & Kemanusiaan Lebih Penting Dipikirkan PBNU Daripada Tambang, Kekuasaan & PKB--Istimewa
BACA JUGA:Viral Pengantin Curhat di Media Sosial Keluarga Nyinyir Rusak Momen Bahagia Pernikahannya
“Transisi kepemimpinan beserta instrument kekuasaan di bawahnya otomatis mempengaruhi visi dan misi sebuah organisasi. Wajar kalau PKB sebagai partai Politik melakukan manuver strategi dalam rangka mengambil peran penting menjadi bagian dari kekuasaan. PBNU sebagai wadah organisasi umat seharusnya tidak masuk ke wilayah tersebut. NU tidak usah ikut berebut kepentingan karena sudah ada porsinya sendiri di pemerintahan manapun” imbuh Gus Rosikh.
Sebagai bagian dari warga Nahdliyin, Gus Rosikh menghimbau semua pihak khususnya di PBNU untuk kembali ke khittah sebagai amanat dasar organisasi.
Khittah yang menjadi landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga Nahdlatul Ulama yang mencerminkan dalam tingkah laku perseorangan maupun organisasi serta dalam setiap proses pengambilan keputusan.
“Melenceng atau tidak dari khittah, kita bisa menilai dari pengambilan keputusan oleh PBNU. Berpihak pada kekuasaan atau memperjuangkan umat. Kekuasaan akan silih berganti berubah, NU sebagai bagian dari partisipasi kehidupan bernegara tidak seharusnya terseret arus kekuasaan sesaat," tuturnya.