Nah Loh! Pemain Manchester United Mulai 'Capek' dengan Erik Ten Hag, Segera Didepak?

JAKARTA, SEMARAKNEWS.CO.ID - Para pemain Manchester United dilaporkan semakin 'capek' dengan Erik ten Hag.

Para pemain MU lelah dengan metode latihan Erik Ten Hag karena terus mengulangi instruksi selama sesi taktis yang melemahkan konsentrasi.

Melansir laporan dari The Athletic UK, ada rasa frustrasi yang semakin besar di kalangan pemain MU terhadap metode penyampaian taktik pelatih Erik ten Hag.

Musim 2023-24 merupakan musim yang penuh tantangan dalam menjaga konsistensi tim di bawah asuhan pelatih asal Belanda tersebut.

BACA JUGA:Ngeri! Bocah 9 Tahun Kritis Usai Diserang Buaya Saat Berenang di Sungai

Meski sempat juara Piala Carabao di musim pertamanya, kini Erik Ten Hag realistisnya hanya bisa menargetkan Piala FA sebagai satu-satunya peluang untuk meraih trofi tahun ini.

Pada tahun 2021, Tottenham memiliki kesempatan untuk mendatangkan Ten Hag setelah kepergian Jose Mourinho tetapi memilih Nuno Espirito Santo, sebagian karena kekhawatiran tentang kemampuan komunikasi Ten Hag.

Kini, kekhawatiran serupa juga muncul di Manchester United. The Athletic menunjukkan bahwa beberapa pemain menganggap instruksi Ten Hag yang mendetail dan berulang-ulang membosankan, meskipun konsepnya cukup sederhana atau lugas.

Pemain MU Mulai Tak Nyaman dengan Erik Ten Hag-@manchesterunited-Instagram

Sumber yang mengetahui masalah ini, yang memilih untuk tidak disebutkan namanya, telah menyampaikan kepada The Athletic bahwa gaya melatih Erik Ten Hag yang berulang berasal dari pendekatannya yang menyeluruh.

BACA JUGA:Pertempuran Sengit di Jalur Gaza Sebabkan 24 Tentara Israel Tewas, Angka Kematian Tertinggi Dalam Satu Hari!

Tujuan Erik Ten Hag terus mengulang metode yang sama selama latihan yakni untuk memastikan semua pemain sepenuhnya memahami nuansa strategisnya.

Namun, dampak dari metode ini tampaknya beragam di antara skuad United yang beragam.

Terutama selama sesi latihan yang lebih panjang, yang bisa mencapai satu jam karena mengakibatkan para pemain, yang banyak di antaranya juga menganggap bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, kehilangan konsentrasi.