Menelusuri Jejak Kartini: Perjalanan Inspiratif Seorang Pejuang Emansipasi Wanita

Menelusuri Jejak Kartini: Perjalanan Inspiratif Seorang Pejuang Emansipasi Wanita

Ibu Kartini-ilustrasi-RRI

BACA JUGA:Dapatkan Skin dan Senjata Menarik Yuk Klaim Kode Redeem Free Fire Hari Ini 19 April 2024

Di tengah keterbatasan yang dimiliki oleh Kartini dalam menempuh pendidikan, ia tetap berusaha memperoleh pengetahuan sebanyak mungkin dari pembelajaran yang dilakukannya di rumah.

Kartini bahkan sampai menyimpan buku-buku dari sahabatnya, Stella Zeehandelaar, yang memberikannya wawasan mengenai pemikiran barat dan perjuangan hak-hak perempuan disana.

Salah satu kontribusi Kartini yang terkenal ada pada surat-suratnya yang ia kirim kepada sahabatnya. Dalam surat tersebut, Kartini mengungap gagasannya untuk meningkatkan pendidikan bagi perempuan dan mengakhiri hal-hal yang membatasi mereka, misalnya poligami dan pembatasan perempuan dalam hal mobilitas dan karier.

Surat-surat itu kemudian diterbitkan setelah kematian Kartini dan menjadi bukti nyata dari pemikiran progresifnya.

BACA JUGA:Benda yang Sangat Dibenci Malaikat Jika Ada di Rumah Kalian, Ustadz Abdul Somad: Yang Haram Itu...

Pertukaran pandangan yang dilakukan Kartini dengan sahabatnya, juga berperan penting dalam membentuk pandangan dunia dalam persamaan derajat.

Surat-surat Kartini dengan teman serta keluarganya kemudian disusun menjadi sebuah buku. Buku tersebut berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang".

Dalam suratnya kepada Stella Zeehandelaar, Kartini mengungkapkan ingin menjadi seperti kaum muda Eropa yang memiliki kebebasan dan tidak harus terkungkung seperti dalam sangkar.

Kartini menggambarkan penderitaan perempuan Jawa pada masa itu karena adanya kekangan dari adat. Ia juga mengungkap kendala-kendala yang harus dihadapi ketika ingin menjadi perempuan Jawa yang lebih maju.

BACA JUGA:Bernardo Silva Borong Pujian, Jadi Man of the Match di Laga City vs Chelsea

Keinginan Kartini untuk mengenyam bangku pendidikan sebenarnya didukung oleh sang ayah, meskipun pendidikannya hanya sampai usia 12 tahun, namun sang ayah mengizinkan Kartini untuk belajar menjadi seorang guru di Betawi.

Kartini bahkan hampir berhasil mengenyam pendidikan sampai ke Eropa setelah mendapatkan izin dari ayahnya dan departemen pengajaran Belanda, namun tidak sempat terjadi karena Kartini memilih untuk menikah.

Dalam suratnya juga, Kartini menyebutkan kalau sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tapi Kartini juga diperbolehkan menulis sebuah buku.

Meskipun perjuangan Kartini untuk pendidikan terhadap dirinya sendiri terhenti pada saat itu, namun gagasan yang diberikan Kartini memberikan dampak besar kepada kaum perempuan di masa sekarang.

Temukan konten semaraknews.co.id menarik lainnya di Google News

Tag
Share
Berita Lainnya