JAKARTA, SEMARAKNEWS.CO.ID - Film dokumenter "Dirty Vote" menjadi perbincangan hangat sejak penayangannya pada 11 Februari 2024, bertepatan dengan hari pertama masa tenang Pemilu 2024.
Film ini disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono dan menampilkan wawancara dengan ahli hukum tata negara seperti Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari.
Film ini mengeksplorasi berbagai potensi kecurangan pemilu, mulai dari politik uang, mobilisasi massa terstruktur, hingga penyalahgunaan data.
BACA JUGA:Lowongan Kerja BNPB untuk Lulusan D3 dan S1, Cek Posisi dan Kualifikasinya!
Mengungkap Dugaan Kecurangan Pemilu
"Dirty Vote" menampilkan investigasi dan wawancara dengan para ahli hukum tata negara dan masyarakat sipil yang menyoroti berbagai modus kecurangan pemilu yang pernah terjadi di Indonesia.
Film ini juga mengangkat potensi penggunaan infrastruktur kekuasaan untuk memenangkan pemilu.
Konten yang sensitif dan tayang di masa tenang Pemilu inilah yang menjadi pemicu utama kontroversi.
Beberapa poin yang diangkat dalam film ini menuai perdebatan. Salah satunya adalah penggunaan data dan klaim yang dianggap tidak berimbang oleh beberapa pihak.
BACA JUGA:Sakit Gigi Bikin Kepala Pusing? Tenang, 6 Bahan Ini Bisa Menyelamatkanmu
Tanggapan Masyarakat, Tim Kampanye dan Akademisi
Reaksi terhadap "Dirty Vote" terbagi menjadi dua kubu. Pihak yang mendukung film ini berpendapat bahwa film ini penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang potensi kecurangan pemilu dan mendorong penyelenggaraan Pemilu 2024 yang lebih jujur dan adil.
Sebaliknya, pihak yang kontra menilai bahwa film ini bermuatan politis dan dapat menimbulkan kegaduhan menjelang pemilu.
Tim kampanye Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menganggap film ini tendensius dan memojokkan kandidat tertentu.
Sebaliknya, Deputi Bidang Hukum TPN Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Todung Mulya Lubis, menilai film ini sebagai kritik yang membangun, serta menanggapi pernyataan Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran agar tidak perlu ada pihak yang bersikap berlebihan menanggapi film dokumenter ini.