Israel Mengambil Alih Jalur Bantuan Rafah -https://www.reuters.com/-Hatem Khaled
Rafah, yang sebelumnya merupakan satu-satunya jalur penyeberangan yang tidak dikelola oleh Israel, telah menjadi jalur penghubung dunia luar bagi warga Palestina di Gaza, memungkinkan pengiriman bantuan dan evakuasi pasien dari sistem layanan kesehatan yang runtuh.
Badan-badan PBB mengatakan dua penyeberangan utama ke Jalur Gaza selatan tetap ditutup, sehingga hampir memutus wilayah kantong Palestina dari bantuan luar karena hanya sedikit persediaan yang ditempatkan di dalam.
Juru bicara kantor kemanusiaan global Jens Laerke mengatakan kepada wartawan bahwa Israel telah menutup penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom untuk bantuan dan orang-orang sebagai bagian dari operasi militernya di Rafah, di mana sekitar 1 juta orang yang mengungsi berlindung.
“Dua jalur utama untuk menyalurkan bantuan ke Gaza saat ini terputus,” kata Laerke, seraya menambahkan bahwa badan-badan PBB memiliki stok yang sangat sedikit di Jalur Gaza karena pasokan kemanusiaan segera habis.
BACA JUGA:Teuku Ryan Klarifikasi di Youtubenya: Ibu Saya Dituduh Nyolong Sama Ria Ricis
Daerah kantong tersebut hanya memiliki persediaan bahan bakar untuk satu hari, katanya.
“Jika tidak ada bahan bakar yang masuk dalam jangka waktu lama, ini akan menjadi cara yang sangat efektif untuk mengakhiri operasi kemanusiaan,” katanya.
Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tidak ada pengecualian bagi pasien yang sakit dan terluka.
Meskipun beberapa pasokan non-bahan bakar telah memasuki Gaza melalui penyeberangan Erez yang dikuasai Israel di bagian utara dalam beberapa hari terakhir, badan-badan PBB mengatakan pasokan tersebut tidak mencukupi dan sulit untuk dikirim ke Rafah karena itu berarti melintasi zona tempur aktif.
BACA JUGA:Hanya Gunakan 1 Bahan Ini Dijamin Lantai Kamar Mandi Kinclong
“Erez tidak akan cukup,” kata James Elder, juru bicara badan anak-anak PBB.
“Jika gerbang Rafah ditutup dalam jangka waktu lama, sulit untuk melihat bagaimana kelaparan di Gaza dapat dicegah,” katanya.
Bahkan sebelum konflik yang telah berlangsung selama tujuh bulan ini meningkat, PBB telah berulang kali menuduh Israel membatasi akses bantuan meskipun ada peringatan kelaparan.
Menghadapi tekanan internasional yang semakin besar, Israel telah berjanji untuk meningkatkan akses, namun mengatakan bahwa badan-badan PBB harus disalahkan karena tidak mendistribusikan bantuan secara lebih efisien di wilayah kantong tersebut.
Badan-badan PBB mengatakan mereka telah menyiapkan sejumlah bantuan di Rafah, namun persediaan air dan nutrisi berenergi tinggi yang diperlukan untuk merawat anak-anak yang kekurangan gizi sangat sedikit.