Mereka kemudian berjalan mengelilingi desa dengan diiringi oleh takbir dan shalawat menuju masjid.
Setelah itu, baru proses penyembelihan hewan kurban akan dilakukan setelah waktu Ashar.
Perayaan yang telah berlangsung selama ratusan tahun ini bertujuan untuk menolak bala dan memohon perlindungan dari Allah SWT.
BACA JUGA:Jangan Sembarangan! Ini Cara Rawat Luka Luar yang Tepat, Supaya Tidak Berbekas
4. Tradisi Ngejot di Bali
Keragaman keyakinan di pulau ini telah mengilhami lahirnya berbagai tradisi yang sarat dengan makna dan kearifan lokal, salah satunya adalah tradisi ngejot.
Dalam tradisi ini, mereka berbagi makanan, minuman, dan buah-buahan dengan tetangga yang berbeda keyakinan, sebagai tanda syukur dan penghargaan atas harmoni yang terjalin di antara mereka.
Tradisi ngejot telah diwariskan dari generasi ke generasi dan tetap dipertahankan hingga saat ini.
BACA JUGA:Ini Ucapan Idul Adha dari Kapolri dan Wapres Ma'ruf Amin
5. Tradisi Manten Sapi di Pasuruan
Tradisi Manten Sapi adalah sebuah kebiasaan unik yang dipraktikkan oleh masyarakat Pasuruan. sebagai wujud rasa syukur dan penghargaan kepada hewan yang akan dijadikan kurban.
Keunikan dari tradisi ini adalah sapi yang akan dikurbankan dihias dengan indah seolah-olah sedang menjadi pengantin.
Hewan tersebut dihiasi dengan kalung bunga tujuh rupa, kemudian dibungkus dengan kain kafan, serban, dan sajadah, dalam konteks tradisi ini, kain kafan melambangkan kesucian orang yang berkurban.
BACA JUGA:Penelitian Terbaru Ungkap Stimulasi Listrik Pada Otak Manusia Bisa Meredakan Patah Hati, Anti Galau
Setelah didandani dengan cermat, sapi-sapi tersebut kemudian diarak menuju masjid setempat, di sana, mereka diserahkan kepada panitia kurban untuk dilakukan proses penyembelihan.
Arakan menuju masjid menjadi momen yang dinantikan oleh masyarakat setempat karena menjadi simbol kebersamaan dan penghormatan terhadap tradisi.