Dilabeli Netizen Punya Aura Maghrib, Fuji Bilang Begini

Dilabeli Netizen Punya Aura Maghrib, Fuji Bilang Begini

Dilabeli Netizen Punya Aura Maghrib-@fuji_an-Instagram

Pertanyaan ini mencerminkan kegelisahan yang dirasakan oleh banyak individu dengan warna kulit yang beragam di Indonesia, yang seringkali merasa tidak mendapatkan penghargaan yang layak atas keunikan dan keindahan alami mereka.

Fuji berpendapat bahwa penyebab utama dari fenomena ini adalah standar kecantikan di Indonesia yang cenderung mendewakan kulit putih sebagai lambang keindahan.

Menurutnya, masyarakat seringkali mengaitkan warna kulit yang lebih terang dengan citra positif, seperti kebersihan, status sosial yang lebih tinggi, dan kecantikan klasik.

Hal ini, membuat kulit gelap seringkali dipandang sebelah mata dan tidak mendapatkan apresiasi yang setara dan akibatnya, banyak orang yang merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan standar yang tidak realistis tersebut sehingga kecantikan yang beragam justru terabaikan.

BACA JUGA:Ini Alasan Kemendikbudristek Hapus Penjurusan SMA: IPA, IPS dan Bahasa

“Mungkin karena standarnya dari dulu harus putih, mungkin kalau putih konotasinya bersih kali ya, kalau misalnya gelap…” jelas Fuji.

“Fix kita dekil semua. Kita dekil semua. Tapi orang-orang yang komen gitu siapa? Biasanya pasti lebih dekil lagi dia,” papar Kaesang.

Lebih lanjut, Fuji mengungkapkan bahwa ia tidak melihat julukan aura magrib sebagai sesuatu yang negatif.

Meskipun awalnya terdengar seperti olokan, ia merasa bersyukur karena julukan tersebut justru memberikan dampak positif pada pendapatannya.

BACA JUGA:Natasha Rizky Ungkap Belum Talak 3, Peluang Rujuk Desta Mahendra Masih Ada?

Menurutnya, julukan ini mungkin berasal dari persepsi masyarakat yang mengaitkannya dengan kesan kusam atau tidak terawat.

Namun, Fuji sendiri memiliki pandangan berbeda waktu magrib identik dengan keindahan senja, momen yang penuh dengan kehangatan dan ketenangan, serta waktu berbuka puasa yang penuh berkah.

Oleh karena itu, ia memilih untuk mengambil sisi positif dari julukan tersebut dan menjadikannya sebagai bagian dari identitasnya di dunia maya.

“Ngatain sih, konotasinya lebih ke dekil, buluk gitu walaupun aku lihat magribnya sebagai senja, indah, waktu buka puasa, enggak apa-apa sih ya,” ungkapnya.

BACA JUGA:Polisi Sukses Tangkap Jambret CFD di Jakpus, Tuai Respons Positif dari Masyarakat

Temukan konten semaraknews.co.id menarik lainnya di Google News

Tag
Share
Berita Lainnya