Akibatnya, kita sering melihat pembekuan darah yang terutama mempengaruhi arteri utama dan membatasi suplai darah ke jantung, otak, ginjal, dan organ lainnya.
BACA JUGA:Tips Diet Ala Artis Korea, Hempaskan Lemak Nakal dengan Cara 'Makan'
Ketika kita memiliki banyak protein, terjadi peningkatan asam amino dalam darah.
Hal tersebut dapat merangsang monosit, yang merupakan sel inflamasi, sehingga ketika diaktifkan, seseorang mulai menderita aterosklerosis.
Leusin, asam amino esensial, sebagian besar ditemukan dalam protein hewani, dan dosis tinggi melepaskan monosit, yang menyebabkan aterosklerosis.
Jadi, Anda perlu mengontrol konsumsi asam amino ini, yang dapat memicu penyakit jantung dan kegagalan organ.
BACA JUGA:Diet Tanpa Ribet! Ini Dia 5 Langkah Atur Jadwal Makan yang Simpel dan Efektif
Lalu Lebih Baik Makan Apa?
Pola makan seimbang selalu menjadi kuncinya, dan beralih ke protein nabati selalu berhasil, karena mengandung leusin dalam jumlah rendah, sehingga aterosklerosis dapat dihindari.
Saat Anda sedang makan, selalu periksa makro dan mikronya, dan jangan berlebihan dalam mengonsumsi protein.
Paradoks protein ini bisa membuat Anda bertanya-tanya apa yang harus dimakan selanjutnya? Jika diet tinggi protein atau diet tinggi lemak berbahaya, diet apa yang lebih baik? Konsultasikan dengan ahli gizi Anda, dan buatlah keputusan berdasarkan kebutuhan dan BMI Anda untuk menghindari masalah kesehatan.