Ketika harga minyak mentah melonjak, ancaman inflasi yang tinggi kembali menghantui perekonomian global.
BACA JUGA:Ramalan Zodiak Sagitarius 14 April 2024: Sekarang Juga Lupakan Masalahmu!
India, China, dan negara-negara besar lainnya merupakan importir minyak yang besar dan dapat mengalami inflasi impor yang tinggi jika harga minyak tetap tinggi.
AS juga merupakan konsumen minyak terbesar di dunia sehingga kenaikan harga minyak bisa kembali mengerek inflasi.
Ketika harga minyak naik, biaya produksi berbagai industri dan biaya energi untuk dunia usaha dan rumah tangga juga meningkat sehingga mendorong inflasi lebih tinggi.
Inflasi global yang tinggi ini tentu saja akan menjadi kabar buruk bagi Indonesia karena akan membuat pelonggaran suku bunga global menjauh.
BACA JUGA:Dude Herlino Ungkap Cerita Baru Kehamilan Alyssa Soebandono: Siap Sambut Si Kecil!
3. Suku Bunga Tinggi Bisa Bertahan Lama
Kenaikan harga energi dan inflasi yang kembali mengancam dunia bisa menahan bank sentral untuk memangkas suku bunga.
Padahal, pelaku pasar sudah terlanjur memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga pada tahun ini.
Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) bisa saja semakin mempertahankan kebijakan "higher for longer" terus menerus jika inflasi masih mengancam AS akibat kenaikan harga energi.
Tingginya suku bunga global akan mempersempit ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
BACA JUGA:Pau Cubarsi Terus Bersinar, Garis Pertahanan Barcelona Terjaga di Liga Champions!
Padahal, pelaku pasar nasional sudah lama menunggu pemangkasan BI rate.
4.Dolar AS Semakin Perkasa
Ketidakpastian geopolitik cenderung membuat pelaku pasar memilih menanamkan investasi pada aset safe haven seperti dolar.