Namun, sebulan sebelum festival digelar, kelompok-kelompok hak asasi wanita dari Kota Suwon, tempat acara tersebut dijadwalkan, mengadakan protes.
Mereka menilai festival tersebut sebagai eksploitasi terhadap perempuan di tengah isu kekerasan gender yang ada di Korea Selatan.
Wali kota setempat juga memberikan komentar keras, terutama karena lokasi festival yang dekat dengan sekolah dasar.
Mereka mengancam akan mencabut izin penyelenggaraan acara jika tetap dilaksanakan. Sehingga, festival tersebut harus dibatalkan.
BACA JUGA:Siapa Sangka? Ternyata Bayam Banyak Manfaatnya Bagi Wajah Loh
Bikin Heboh! Korea Selatan Gelar Festival Seks Pertama, Yuk Intip!-diana.grytsku-Instagram
Meski begitu, Lee tidak menyerah. Dia mencari lokasi alternatif, seperti sebuah kapal yang berlabuh di sungai di Seoul.
Namun, tekanan dari pihak berwenang kembali terjadi, kali ini dari dewan yang mengancam akan membatasi akses dan aliran listrik ke kapal tersebut jika festival tetap dilaksanakan.
Akibat dari semua ini, para pemegang tiket mengharapkan pengembalian uang mereka, yang berujung pada kerugian finansial yang signifikan bagi penyelenggara.
Semua peristiwa ini menjadi contoh betapa sulitnya menggelar acara semacam ini di Korea Selatan dengan regulasi dan pandangan masyarakat yang begitu ketat terhadap isu-isu seksual dan hiburan dewasa.
BACA JUGA:Gagal Manggung! Konser Nick Carter Dibatalkan di Jakarta, Ini Kata Promotor Color Live Asia
Belum Menyerah, Lee Bersikeras Agar Festival Tetap Terselenggara
Saat hampir tidak memiliki pilihan lagi, Lee menemukan sebuah bar kecil bawah tanah di Gangnam, Seoul, yang dapat menampung sekitar 400 orang.
Lokasi ini ia rahasiakan agar acara berjalan tanpa gangguan.
Meskipun ada ancaman dari dewan Gangnam yang mengirim surat kepada ratusan restoran di sana, mengancam untuk menutup mereka jika menyelenggarakan festival tersebut, bar tersebut tetap bersikeras melanjutkan acara.